Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat dari segi bahasa pada
hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir), tetapi tidak semua proses
berpikir disebut filsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam
kehidupan sehari-hari. Jika pemikiran manusia dapat dipelajari, maka ada empat
golongan pemikiran , yaitu :
a. Pemikiran
pseudo ilmiah ,yaitu pemikiran yang bertumpu pada aspek mitos.
b. Pemikiran awam,
yaitu pemikiran orang dewasa yang menggunakan akal sehat.
c. Pemikiran
ilmiah, yaitu pemikiran yang menggunakan metode dan hipotesis tertentu.
d. Pemikiran
filosofis, yaitu pemikiran yang reflektif dan bertujuan untuk mencari
pencerahan, kebenaran dan solusi.
Menurut Prof.Dr.Hasan Langgulung,
filsafat pendidikan adalah aktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun
pendidikan, menyelaraskannya dan mengharmoniskannya serta menerapkan
nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapainya.
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Dalam filsafat terdapat berbagai
mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme,
dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun
kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran filsafat
itu sendiri.
Berikut adalah aliran-aliran dalam
filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme :
memandang bahwa realitas akhir adalah
roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera
adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap
dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara
fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran
ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.
Penerapan :
Idealisme – belum ada , karena komponen
nilai dalam pendidikan di Indonesia masih berubah-ubah dan pada beberapa titik
sampai pada nilai “kasih sayang” dan bahkan “asal lulus”. Dalam standar
kompetensi lulusan, terdapat standar nilai kelulusan yang harus dipenuhi, namun
masih bergabung dengan nilai kelulusan pemberian sekolah yang cenderung
menguntungkan siswa. Idealisme adalah ajaran yang sangat mementingkan
keberadaan sekolah, dalam perkembangannya Indonesia masih “tertatih-tatih”
untuk memperbaiki sarana dan prasarana serta keberadaannya di seluruh wilayah
di Indonesia.
2. Filsafat Pendidikan Realisme :
Merupakan filsafat yang memandang
realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah
terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi
dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di
pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek
pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan
Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David
Hume, John Stuart Mill.
Realisme, dalam realisme diajarkan bahwa dunia ini
terdiri atas fisik dan ruhani. Meskipun sebagai Negara yang beragama, pola
pemikiran para pendidik di Indonesia masih dalam taraf positivisme dan
cenderung sekularisme. Sehingga dunia pendidikan dan dunia kerohanian tidak
selalu sejalan, meskipun berusaha dikembangkan melalui lembaga pendidikan
berlandaskan agama seperti Madrasah, Pesantren, pendekatan holistik dan lain
sebagainya.
3. Filsafat Pendidikan Materialisme
:
Berpandangan bahwa hakikat realisme
adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang
beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.
Materialisme – inilah dasar pendidikan
Indonesia. Dimana anggapan bahwa dengan uang yang baik maka pendidikan yang
baik dapat terpenuhi. Para guru mengingatkan siswa bahwa dengan pendidikan yang
baik dapat memperoleh pekerjaan yang baik maka dapat memenuhi materi yang baik
pula. Tidak menonjolkan pribadi maupun wawasan yang baik bagi para muridnya
maupun para pengajarnya.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme :
Dipandang sebagai filsafat Amerika asli.
Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat
bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang
menganut filsafat ini adalah: Charles Sandre Peirce, Wiliam James, John Dewey,
Heracleitos.
Pragmatisme - dalam pragmatisme,
perbuatan dipandang sebagai hasil dari suatu akibat. Maka, seseorang yang
pandai adalah akibat dari usahanya belajar. Dalam pragmatisme, usaha itu
dianggap sebagai sesuatu yang bebas, terbuka dan mengakomodasi dengan baik.
Dunia pendidikan Indonesia belum menerapkan pragmatisme karena dalam standar
isi dan proses segala sesuatunya masih diatur kaku oleh Pemerintah dan
Departemen Pendidikan.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
:
Memfokuskan pada pengalaman-pengalaman
individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif,
subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia
atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh
dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin
Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
Eksistensialisme – pada
eksistensialisme, perkembangan dan pengalaman setiap individu dalam dunia
pembelajarannya sangat didukung dan diutamakan. Pola pendidikan di Indonesia
belum berpihak pada kebebasan individu untuk mempelajari apa yang ia suka, ia
masih harus mengikuti perintah gurunya, silabus dan standar kurikulum. Meskipun
tertera dalam standar mengenai peserta didik pasal 12 ayat 1 yaitu,”Peserta
didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya”.
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme :
Bukan merupakan bangunan filsafat atau
aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan
perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.
Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang
muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley,
Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Progresivisme – pada aliran ini
berpendapat bahwa pendidikan haruslah berpusat pada anak, bukan komponen lain
seperti guru atau bidang muatan. Aliran ini juga berpendapat bahwa manusia
adalah pejuang yang kuat dalam lingkungan hidupnya. Aliran filsafat ini tidak
mungkin diterapkan di Indonesia karena cenderung menghindari pelajaran agama
dan hal-hal keruhanian.
7. Filsafat Pendidikan esensialisme :
Esensialisme adalah suatu filsafat
pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada
trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan
progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum
muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs,
Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Esensialisme – yaitu aliran yang
berpendapat bahwa manusia sebaiknya kembali ke kebudayaan lama dan mengingat
kembali asal usulnya. Di Indonesia aliran ini diterapkan, karena aliran
filsafat ini bertujuan agar manusia bisa hidup bahagia baik di dunia maupun di
akhirat. Dalam standar pendidikan, disebutkan dalam pendidikan agama pasal 2
ayat 1 agar manusia bisa mengamalkan nilai agama baik dalam kehidupan maupun
dalam ilmu pengetahuannya.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme :
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan
yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi
dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu
perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan
ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Perenialisme – adalah aliran yang banyak
dipengaruhi oleh tokoh-tokoh seperti Plato. Plato berpendapat bahwa manusia
terdiri atas 3 komponen, yaitu nafsu, kemauan dan akal. Bila mampu mengorganisir
baik 3 hal tersebut, maka pendidikannya akan berjalan dengan baik pula. Di
Indonesia, pendekatan pendidikan secara holistic (pendidikan EQ,IQ dan SQ)
sudah mulai “digaungkan” sejak beberapa waktu silam.
9. Filsafat Pendidikan
rekonstruksionisme :
Merupakan kelanjutan dari gerakan
progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum
progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah
masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan
Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang
pantas dan adil.
Rekonstruktivisme – serupa dengan aliran
perenialisme, namun aliran ini sangat mengutamakan kerja sama dari semua orang
agar pendidikan dan kehidupan dapat berjalan dengan makmur dan sejahtera.
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'
ReplyDelete