Tuesday, 1 December 2015

PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN, ISI ALIRAN DAN PENERAPANNYA

Pengertian Filsafat Pendidikan


Filsafat dari segi bahasa pada hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam kehidupan sehari-hari. Jika pemikiran manusia dapat dipelajari, maka ada empat golongan pemikiran , yaitu :
a.    Pemikiran pseudo ilmiah ,yaitu pemikiran yang bertumpu pada aspek mitos.
b.   Pemikiran awam, yaitu pemikiran orang dewasa yang menggunakan akal sehat.
c.    Pemikiran ilmiah, yaitu pemikiran yang menggunakan metode dan hipotesis tertentu.
d.    Pemikiran filosofis, yaitu pemikiran yang reflektif dan bertujuan untuk mencari pencerahan, kebenaran dan solusi.
Menurut Prof.Dr.Hasan Langgulung,
filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun pendidikan, menyelaraskannya dan mengharmoniskannya serta menerapkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapainya.

Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Berikut adalah aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:

1. Filsafat Pendidikan Idealisme :
memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.
Penerapan :
Idealisme – belum ada , karena komponen nilai dalam pendidikan di Indonesia masih berubah-ubah dan pada beberapa titik sampai pada nilai “kasih sayang” dan bahkan “asal lulus”. Dalam standar kompetensi lulusan, terdapat standar nilai kelulusan yang harus dipenuhi, namun masih bergabung dengan nilai kelulusan pemberian sekolah yang cenderung menguntungkan siswa. Idealisme adalah ajaran yang sangat mementingkan keberadaan sekolah, dalam perkembangannya Indonesia masih “tertatih-tatih” untuk memperbaiki sarana dan prasarana serta keberadaannya di seluruh wilayah di Indonesia.
2. Filsafat Pendidikan Realisme :
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Realisme,  dalam realisme diajarkan bahwa dunia ini terdiri atas fisik dan ruhani. Meskipun sebagai Negara yang beragama, pola pemikiran para pendidik di Indonesia masih dalam taraf positivisme dan cenderung sekularisme. Sehingga dunia pendidikan dan dunia kerohanian tidak selalu sejalan, meskipun berusaha dikembangkan melalui lembaga pendidikan berlandaskan agama seperti Madrasah, Pesantren, pendekatan holistik dan lain sebagainya.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme  :
Berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.
Materialisme – inilah dasar pendidikan Indonesia. Dimana anggapan bahwa dengan uang yang baik maka pendidikan yang baik dapat terpenuhi. Para guru mengingatkan siswa bahwa dengan pendidikan yang baik dapat memperoleh pekerjaan yang baik maka dapat memenuhi materi yang baik pula. Tidak menonjolkan pribadi maupun wawasan yang baik bagi para muridnya maupun para pengajarnya.

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme :
Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles Sandre Peirce, Wiliam James, John Dewey, Heracleitos.
Pragmatisme -  dalam pragmatisme, perbuatan dipandang sebagai hasil dari suatu akibat. Maka, seseorang yang pandai adalah akibat dari usahanya belajar.  Dalam pragmatisme, usaha itu dianggap sebagai sesuatu yang bebas, terbuka dan mengakomodasi dengan baik. Dunia pendidikan Indonesia belum menerapkan pragmatisme karena dalam standar isi dan proses segala sesuatunya masih diatur kaku  oleh Pemerintah dan Departemen Pendidikan.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme :  
Memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich
Eksistensialisme – pada eksistensialisme, perkembangan dan pengalaman setiap individu dalam dunia pembelajarannya sangat didukung dan diutamakan. Pola pendidikan di Indonesia belum berpihak pada kebebasan individu untuk mempelajari apa yang ia suka, ia masih harus mengikuti perintah gurunya, silabus dan standar kurikulum. Meskipun tertera dalam standar mengenai peserta didik pasal 12 ayat 1 yaitu,”Peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya”.

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme :
Bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Progresivisme – pada aliran ini berpendapat bahwa pendidikan haruslah berpusat pada anak, bukan komponen lain seperti guru atau bidang muatan. Aliran ini juga berpendapat bahwa manusia adalah pejuang yang kuat dalam lingkungan hidupnya. Aliran filsafat ini tidak mungkin diterapkan di Indonesia karena cenderung menghindari pelajaran agama dan hal-hal keruhanian.

7. Filsafat Pendidikan esensialisme :  
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Esensialisme – yaitu aliran yang berpendapat bahwa manusia sebaiknya kembali ke kebudayaan lama dan mengingat kembali asal usulnya. Di Indonesia aliran ini diterapkan, karena aliran filsafat ini bertujuan agar manusia bisa hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Dalam standar pendidikan, disebutkan dalam pendidikan agama pasal 2 ayat 1 agar manusia bisa mengamalkan nilai agama baik dalam kehidupan maupun dalam ilmu pengetahuannya.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme :
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Perenialisme – adalah aliran yang banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh seperti Plato. Plato berpendapat bahwa manusia terdiri atas 3 komponen, yaitu nafsu, kemauan dan akal. Bila mampu mengorganisir baik 3 hal tersebut, maka pendidikannya akan berjalan dengan baik pula. Di Indonesia, pendekatan pendidikan secara holistic (pendidikan EQ,IQ dan SQ) sudah mulai “digaungkan” sejak beberapa waktu silam.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme :
Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. 
Rekonstruktivisme – serupa dengan aliran perenialisme, namun aliran ini sangat mengutamakan kerja sama dari semua orang agar pendidikan dan kehidupan dapat berjalan dengan makmur dan sejahtera.

1 comment:

  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'

    ReplyDelete